Hipovolemia & edema


GANGGUAN IMBANGAN AIR &NATRIUM

1. Hipovolemia
2. Edema

HIPOVOLEMI (VOLUME AIR BERKURANG, HIPOPERFUSI JARINGAN)

DEHIDRASI :
Kehilangan air tanpa natrium yang menyebabkan hipernatremi dan defisit air intrasel akibat perpindahan air secara osmotik dari intra ke ekstrasel. Keluarnya air hipotonik ini dapat terjadi melalui keringat, penguapan dari kulit, saluran intestinal, diabetes insipidus (sentral dan nefrogenik), dan diuresis osmotik. Oleh karena tubuh hanya kehilangan air, tanpa natrium, osmolalitas plasma menjadi meningkat sehingga terjadi perpindahan air dari intrasel ke ekstrasel.

DEPLESI-VOLUME :

Berkurangnya air ekstrasel oleh karena hilangnya air bersama natrium. Hal ini dapat ditemukan pada peristiwa muntah, diare, perdarahan, sekuestrasi air ke ruang ketiga (asites), diuretik, diuresis osmotik, ’salt-wasting nephropathy’, hipoaldosteronisme). Berupa hilangnya cairan isotonik

Untuk menentukan dehidrasi atau deplesi volume harus diperiksa kadar natrium dalam darah. Kalau natrium tinggi dan terjadi hipovolemi berarti tipe dehidrasi. Selain itu pada penyakit diabetes insipidus yaitu kekurangan ADH, mengakibatkan kehilangan air dalam jumlah sangat banyak. Sehingga bisa dehidrasi juga.

Defisit cairan tubuh total (DEHIDRASI) dengan rumus :

DEFISIT CAIRAN = 0,4 x BB (Na PLASMA / 140 - 1)

Untuk koreksi cairan pada dehidrasi, jenis cairan yang diberikan adalah cairan hipotonik (berupa dextrose saja tanpa solute). Kecepatan pemberian cairan harus tidak menimbulkan penurunan kadar Natrium plasma sehingga tidak boleh lebih 0,5 meq/jam. Jadi, kalau 24 jam kadar natrium tidak boleh turun lebih dari 12 meq. Karena akan mengganggu batang otak, bisa terjadi kejang-kejang. Tindakan lain adalah mengatasi penyebab terjadinya dehidrasi.

Edema
Edema adalah suatu pembengkakan yang dapat diraba akibat penambahan volume cairan intersisium. Edema juga merupakan refleksi dari kelebihan natrium dan hipervolemi.

Dua faktor penentu terjadinya edema :
1, Perubahan hemodinamik dalam kapiler yang memungkinkan keluarnya cairan intravaskuler ke dalam jaringan intersisium. Misalnya vena ada sumbatan berupa varises, yaitu pada saat berdiri lama, aliran darah lambat, sehingga tekanan vena meningkat, lalu air keluar dari intravaskuler ke interstitium (edema).

2. Retensi natrium di ginjal. karena natrium tidak dikeluarkan jumlah cairan juga meningkat sehingga juga terjadi edema.

Penanggulangan edema meliputi :
• Memperbaiki penyakit dasar bila mungkin
• Restriksi asupan natrium untuk minimalisasi retensi air
• Pemberian diuretik

Harus diperhatikan dalam pemberian diuretik
• Saat yang tepat
• Risiko yang akan dihadapi bila edema dikurangi
• Waktu yang dibutuhkan untuk menangani edema, cepat atau lambat