Jantung merupakan salah satu organ vital manusia yang sering menjadi penyebab kematian yang terkesan mendadak. kadang kita menjadi takut dan was-was sendiri kalau-kalau kita mngidap penyakit jantung. Nah berikut ini adalah sedikit penjelasan mengenai cara mengenali gejala dan serangan jantung, agar kita tak perlu lagi merasa cemas karena hal-hal yang belum pasti. Juga agar kita bisa mengenalinya sejak dini sehingga bisa ditangani sejak dini pula.
Yuk intip bilik tetangga dibawah ini :
Oleh Fahmi Rusnanta, S.Ked
Serangan jantung merupakan penyakit yang tentu ditakuti oleh banyak orang. Saat ini, perubahan gaya hidup yang terjadi di masyarakat membuat penyakit ini menyerang usia yang lebih muda. Tentu, hal tersebut berkait dengan berbagai risiko yang semakin tidak terkendali pada tiap individu.
Dalam dunia kedokteran, serangan jantung dikenal dengan istilah penyakit jantung koroner. Penyakit ini terjadi akibat adanya proses penyempitan pembuluh darah jantung yaitu pembuluh darah koroner. Penyempitan terjadi akibat adanya aterosklerosis (atero = lemak, sklerosis = pengerasan/penebalan). Aterosklerosis merupakan proses yang dimulai dari metabolisme lemak darah yang abnormal. Kondisi tersebut ditambah dengan berbagai faktor risiko yang memperburuk terjadinya aterosklerosis atau pengaruh genetik (keturunan). Secara alamiah, aterosklerosis sudah terjadi pada usia dekade ke-2 pada tiap individu. Proses ini akan berlanjut seiring bertambahnya usia. Awalnya, kondisi ini tidak akan menimbulkan gejala apa pun (asimptomatik) hingga terjadi penyempitan yang bermakna pada pembuluh darah koroner. Semakin banyak risiko yang dimiliki individu akan mempercepat aterosklerosis sehingga penyempitan pembuluh darah cepat terjadi.
Penyakit jantung koroner atau serangan jantung sangat khas ditandai dengan adanya nyeri dada yang cenderung berada di sebelah kiri. Nyeri dada dikenal dengan istilah angina pektoris. Nyeri dada yang mengarah terjadinya penyakit jantung koroner dirasakan seperti rasa yang tidak nyaman di daerah substernal (dada bagian tengah atau ulu hati), sifatnya tumpul seperti ditekan atau diperas, dan menjalar ke lengan kiri atau leher. Keluhan tersebut bisa disertai dengan kesulitan bernapas, berdebar-debar, keringat dingin, mual, dan muntah. Gambaran keluhan tersebut sangat khas pada nyeri akibat serangan jantung yang dikenal dengan istilah angina klasik.
Terdapat beberapa individu yang tidak menunjukkan gejala seperti di atas, namun menunjukkan gejala gagal jantung mendadak (sesak napas). Umumnya, pasien hanya merasakan panas, sesak, atau rasa tidak nyaman di ulu hati dan ternyata, pasien juga mengalami serangan jantung. Kondisi tersebut dapat terjadi pada pasien dengan diabetes melitus (kencing manis) tidak terkontrol dalam jangka waktu lama atau pasien lanjut usia (geriatri). Perubahan keluhan tersebut terjadi karena pada kedua kelompok tersebut terjadi penurunan fungsi persarafan sehingga keluhan nyeri menjadi tidak khas. Nyeri dada pada kondisi di atas dikenal dengan istilah angina ekuivalen. Oleh karena itu, keluhan tidak nyaman di dada pada individu yang sudah lanjut usia dan memiliki riwayat diabetes melitus perlu mendapat perhatian lebih khusus.
Banyak sekali faktor risiko yang terjadinya penyakit jantung koroner. Faktor risiko dapat dibagi dua yaitu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi diantaranya adalah usia semakin tua, jenis kelamin laki-laki, dan riwayat keluarga yang pernah mengalami serangan jantung. Faktor yang dapat dimodifikasi adalah merokok, hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes melitus, profil lemak darah yang terganggu, obesitas (kegemukan), dan kurangnya aktivitas fisik.
Penyakit ini merupakan penyakit yang sangat bisa dilakukan tindakan pencegahan dengan baik. Tindakan pencegahan memiliki efektivitas dan efisiensi yang tinggi dibandingkan pengobatannya. Beberapa kiat yang dapat dilakukan untuk mengubah pola hidup lebih baik yaitu (1) hentikan kebiasaan merokok, (2) pemilihan menu makanan yang sehat seperti sayur, buah, makanan laut, menurunkan konsumsi garam, lemak, dan tidak minum alkohol, (3) meningkatkan aktivitas fisik, (4) mengontrol berat badan dengan indikator lingkar pinggang ideal (laki-laki < 94 cm, perempuan < 80 cm), (5) bagi individu yang memiliki risiko seperti hipertensi dan diabetes melitus harus mengontrol tekanan darah, kadar gula darah, dan profil lemak darah/lipid. Tekanan darah yang dianjurkan adalah < 140/90 mmHg, gula darah puasa 91-120 mg/dL, gula darah 2 jam setelah makan 136-160 mg/dL, kadar kolesterol total < 190 mg/dL, dan kolesterol LDL < 100 mg/dL. Oleh karena itu, terapi pengobatan teratur bagi penderita hipertensi dan diabetes melitus sangat penting. Selain itu, dapat dilakukan skrining keluarga dekat pasien (pria < 55 tahun dan wanita < 65 tahun)untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya penyakit jantung koroner prematur (lebih dini).
Terdapat metode sederhana untuk membantu individu lebih mudah mengingat dalam mencegah terjadinya penyakit jantung koroner. Pendekatan yang dilakukan dengan mengingat istilah “ABCDE”. A : Aspirin dan Antikoagulan (obat pengencer darah) yang diberikan kepada pasien yang sudah memiliki risiko tinggi seperti diabetes melitus, riwayat stroke, dan riwayat penyakit jantung koroner sebelumnya. B : Blood pressure(tekanan darah) yang harus selalu dikontrol. C : Cholesterol (kolesterol), Cigarettes (merokok) yang harus dikontrol dan dihindari. D: Diabetes melitus dan Diet yang terkontrol. E : Exercise (aktivitas fisik) yang ditingkatkan dan Education (pengetahuan yang lebih untuk mengetahui berbagai risiko penyakit jantung koroner).
Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk takut dengan penyakit ini. Banyak cara untuk melawan terjadinya serangan jantung pada diri dan keluarga terdekat kita. Perbaiki pola hidup kita sejak dini.
Semoga Bermanfaat