Cerita dokter anak tangani campak dan gizi buruk di daerah Asmat. Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak dan masalah gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak. Pemerintah bersama lintas sektor mengirimkan bantuan dan pendampingan terhadap pemerintah daerah dalam mengatasi KLB tersebut.
Dilaporkan sebelumnya, Kemenkes mengirimkan bantuan berupa Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk Balita kurus, dan PMT ibu hamil kurang energi kronis (KEK) melalui udara dari Bandara Halim Perdanakusuma dengan pesawat Hercules. Selain itu, dikirim juga 39 tenaga kesehatan yang 11 orang di antaranya merupakan dokter spesialis, yakni 1 dokter spesialis bedah, spesialis kulit kelamin, spesialis anestesi, spesialis obgyn, dan spesialis gizi klinik, 3 dokter spesialis anak, 3 dokter spesialis penyakit dalam, dan 4 dokter umum.
Dokter Spesialis Anak, Dimas Dwi Saputro mengatakan strategi pengobatan campak dan gizi buruk dilakukan dengan mendiagnosis tepat sejak awal. Diagnosis gizi buruk langsung dinilai pada anak dengan klinis sangat kurus, tampak tulang iga pada badannya, tampak gelambir kulit pada bokongnya (seperti baggy pants), dan wajah keriput seperti orang tua.
“Selanjutnya kita tentukan klasifikasinya, apa gizi buruk saja atau campak saja, atau campak disertai gizi buruk,” ujar Dimas di Agats, Papua, seperti disampaikan pernyataan resmi Kemenkes yang diterima redaksi CNNIndonesia.com, pada Jumat (19/1).
“Pasien dengan demam dan ruam yang berawal dari kepala lalu menjalar ke seluruh tubuh, disertai gejala ISPA atau diare, dan belekan, perlu dicurigai sebagai campak,” kata Dimas
Selanjutnya, bila terdiagnosis campak, pasien lansung ditangani infeksinya dengan antibiotik, lalu diberikan asupan nutrisi optimal, dan diberikan vitamin A. Terapi komplikasi campak seperti diare, pneumonia, dehidrasi karena asupan kurang, penurunan kesadaran, juga diberikan jika hal-hal tersebut ditemukan.
“Untuk gizi buruk, kami berikan nutrisi susu dengan formulasi khusus yang kami buat sendiri, yaitu susu formula ditambah gula, ditambah minyak dan mineral mix. Sayangnya minyak dan mineral mix tidak tersedia di sini sehingga hanya susu dan gula saja. Tujuannya memberikan kalori dengan formula F75 dan F100 (susu dengan kalori yang padat untuk kejar tumbuh),” jelas Dimas.
Dimas mengatakan KLB campak yang terjadi di Asmat disebabkan oleh imunisasi yang tidak lengkap, serta kondisi geografis. Ketidaktahuan orang tua akan jadwal imunisasi dan sulit melakukan edukasi pada orang tua, membuat semakin rendah cakupan imunisasinya.
Namun demikian, masyarakat diimbau lakukan perilaku hidup bersih dan sehat setiap hari agar mencegah penularan sakit infeksi. Mencukupi asupan makanan yang sesuai jumlah, jenis makanan, dan jadwal makan.
Selain pengobatan, dokter spesialis anak di RSUD Agats, Kabupaten Asmat, Papua ini juga memberi contoh cara membuat susu. Banyak orang tua di Asmat tidak paham membuat susu.
“Edukasi dan memberi contoh membuat susu, karena banyak orang tua yang tidak paham membuat susu. Hal ini berpengaruh pada asupan nutrisi yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak,” ujarnya.
Dimas pun memastikan pemberian makan tepat jadwal kepada pasien, tepat jumlah, dan tepat kebutuhan. Pada Kamis (18/1), telah dilakukan visitasi pasien di rawat inap, selain penderita campak dan gizi buruk, ada pula pasien yang terkena penyakit malaria, diare akut, pneumonia, dan anemia berat.
“Di ruang bayi, ada bayi prematur kembar usia kehamilan 31 minggu, beratnya 900 gram dan 1000 gram. Saat ini keduanya masih dipantau karena risiko hipotermia, kuning (hiperbilirubinemia),” jelas Dimas.
Kondisi secara umum semua pasien anak stabil, Dimas mengatakan, ada 3 pasien anak Hb di bawah 4. Kebetulan dengan gizi buruk sehingga memerlukan transfusi. Transfusi pun diberikan dengan peralatan sederhana tapi optimal.
“Pasien rawat inap didominasi anak-anak, namun ruang isolasi untuk campak tidak ada, sehingga kami membuat ruang rawat khusus anak sakit campak,” ucap Dimas.
Dimas berharap adanya edukasi yang dilakukan kepada ibu pasien dapat meningkatkan pemahaman soal pentingnya asupan gizi anak dan menjaga kesehatan keluarga.
Selain Kemenkes, bantuan lintas sektor datang dari TNI dengan mengirimkan obat, PMT, alat kesehatan, dan 53 personel tim medis yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Kesehatan TNI yang terdiri dari dokter spesialis dan paramedis. Tim medis TNI itu tersebar di 9 titik pelayanan untuk menjangkau 19 distrik.
Sementara, Polda Papua dan jajarannya dilaporkan memberikan bantuan dengan menerjunkan tenaga medis, serta bantuan berupa bahan makanan dan sandang yang diperlukan masyarakat. Dipimpin Kabid Dokkes Polda Papua, adanya bantuan ini diharapkan selain melakukan tindakan medis nantinya juga bisa melakukan pemetaan daerah-daerah yang mengalami krisis kesehatan. Dimas menambahkan, diagnosis tepat sejak awal penting dilakukan agar pengobatan dapat segera diberikan.
Selain itu, kata dia, diberikan pula antibiotik pada penderita gizi buruk dengan infeksi, dan vitamin A, asam folat. Pemantauan kenaikan berat badan pun dilakukan setiap pagi.
Selain itu, kata Dimas, selama ia ditugaskan di RSUD Agats, ia akan memberikan edukasi hal-hal dasar yang menjadi pencegah timbulnya penyakit seperti, yakni perilaku hidup bersih sehat, seperti cuci tangan yang baik dan benar, serta etika batuk di tempat umum agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.
Kemenkes mengirimkan tenaga kesehatan yang dibagi 3 tim untuk diberangkatkan menuju Distrik Sawa Erma, Pulau Tiga, dan Kolof Brasa. Nantinya mereka memberikan pelayanan kesehatan, serta obat dan PMT sebagai upaya pengendalian gizi buruk dan KLB campak di tiga distrik itu.