EFUSI PLEURA


EFUSI PLEURA

                Efusi pleura berarti penimbunan cairan dalam rongga pleura. Efusi pleura dapat berupa eksudat ataupun transudat. Perbedaannya transudat mempunyai berat jenis <1,015 g/dL dan kadar proteinnya <3%, sementara eksudat mempunyai berat jenis dan kadar protein lebih tinggi, karena banyak mengandung sel. Penimbunan transudat dalam rongga pleura dikenal dengan nama hidrotoraks. Efusi pleura transudatif terjadi saat
faktor sistemik yang mempengaruhi pembentukan dan absorbsi cairan pleura mengalami gangguan, contohnya pada gagal jantung kiri, emboli pulmonal, dan sirosis. Sementara efusi pleura eksudatif terjadi saat faktor lokal yang mempengaruhi pembentukan dan absorbsi cairan pleura mengalami gangguan, seperti pada pneumonia bakterialis, keganasan, infeksi virus, atau emboli pulmonal. Efusi eksudatif menandakan adanya penyakit lokal di paru-paru.
                Efusi pleura eksudatif dan transudatif dibedakan dengan mengukur LDH dan kadar protein dalam cairan pleura. Efusi dikatakan eksudatif bila memiliki paling tidak salah satu dari kriteria berikut2:
1.       Protein cairan pleura/ serum protein >0,5
2.       LDH cairan pleura/ LDH serum >0,6
3.       LDH cairan pleura melebihi 2/3 batas maksimal serum

Bila salah satu kriteria atau lebih didapat namun pasien dicurigai mengalami kondisi dengan efusi berupa transudasi, maka perbedaan kadar albumin serum dan dan cairan pleura perlu diukur. Jika perbedaannya lebih dari 1,2 g/dL, maka kategorisasi efusi eksudatif dapat disingkirkan, karena pasien tersebut mengalami efusi transudatif. Jika pasien mengalami efusi pleura eksudatif, maka diperlukan tes lanjutan untuk mendeskripsikan cairan, kadar glukosa, hitung jenis sel, studi mikrobiologis, dan sitologi. Keadaan tersering yang mangakibatkan efusi pleura adalah:
1.       Efusi akibat gagal jantung
Gagal jantung kiri merupakan penyebab tersering efusi pleura, dengan cairan transudat. Efusi terjadi akibat peningkatan cairan pada ruang interstisial paru-paru yang keluar melewati pleura viseralis. Penatalaksanaan utamanya adalah dengan diuretik.
2.       Hidrotoraks hepatis
Efusi dapat terjadi pada penderita sirosis dan asites. Dalam keadaan ini, cairan peritoneal bergerak lewat lubang kecil di diafragma ke dalam rongga pleura. Biasanya terjadi pada paru-paru kanan disertai dispnea.
3.       Efusi parapneumonik
Efusi ini berkaitan dengan pneumonia bakterialis, abses paru, atau bronkiektasis. Efusi ini biasanya purulen, oleh karena itu disebut empiema. Penanganan empiema ini adalah dengan drainase thoracentesis. Apabila tidak ditangani dengan baik, maka eksudat akibat peradangan akan mengalami organisasi, menimbulkan perlekatan fibrosa antara pleura viseral dan parietal, yang dikenal dengan nama fibrotoraks. Fibrotoraks luas dapat mengakibatkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan di bawahnya. Fibrotoraks ini dipisahkan dengan dekortikasi.
4.       Efusi sekunder akibat keganasan
Keganasan dapat mengakibatkan efusi pleura eksudatif. 3 tumor penyebab utamanya adalah kanker paru, payudara, dan limfoma.
5.       Mesotelioma
Merpakan tumor primer dari mesotel yang melapisi rongga pleura. Biasanya diakibatkan oleh pajanan asbestos. Terapi mesotelioma lebih bersifat simtomatik.
6.       Efusi sekunder akibat emboli pulmonal
Efusi sekunder ini dapat berupa eksudat maupun transudat. Penatalaksanaannya dengan antikoagulan.
7.       Pleuritis tuberkulosa
8.       Efusi sekunder akibat infeks viral
9.       AIDS
10.   Kilotoraks
Terjadi saat duktus torasikus mengalami disrupsi dan kilus terakumulasi di rongga pleura. Penyebab tersering adalah trauma atau tumor mediastinum. Thoracentesis menunjukkan cairan seperti susu dengan kadar trigliserida lebih dari 110 mg/dL. Penatalaksanaan dengan shunt pleuroperitoneal.
11.   Hemotoraks
Cairan dalam pleura baru dapat disebut hemotoraks apabila kadar hematokrit >50% dari darah tepi. Penyebab terseringnya adalah trauma, ruptur pembuluh darah, atau tumor.