Rabies


Rabies adalah penyakit menular yang dapat menyerang persarafan kita termasuk otak. Rabies berasal dari bahasa latin yang berarti kemarahan. Penyebab masuknya virus ini ke dalam tubuh adalah gigitan dari hewan yang terinfeksi virus rabies ini. 90% kasus ini ditularkan melalui anjing, sisanya melalui monyet kucing, dan kelelawar.

Rabies salah satu infeksi yang menyumbangkan angka kematian yang tinggi di dunia. Infeksi ini dapat mengakitbatkan kematian pada lebih dari 55.000 kasus. Di India kematian per tahun akibat rabies mencapai 20.000 jiwa. Umumnya infeksi ini menyerang anak di bawah usia 15 tahun. Tingginya angka kematian ini menyebabkan munculnya kebijakan vaksinasi sebagai pencegahan di beberapa negara di dunia.

Perjalanan Penyakit

Virus rabies masuk melalui luka, kemudian virus akan memasuki sel otot terdekar dan berkembang biak di dalamnya dan mendekati reeptor asetikolin pada neuro muscular junction. Saat virus sudah memasuki persarafan kita, pertahanan tubuh menjadi sulit untuk melawan virus tersebut.
Virus kemudian akan meruskan otak dan medula spinalis. Diagnosis pasti dari penyakit ini adalah penemuan negri bodies di jaringan otak. Namun hanya 50% kasus yang ditemukan negri bodies.  Pemeriksaan penunjang saat ini adalah direct fluoresecnet antibody test (DFAT) dengan sensitivitas hampi 100%.

Gejala
Gejala rabies awalnya adalah demam, sakit kepala, dan malaise. Selain itu, pada bekas gigitan ada rasa nyeri dan kesemutan walaupun bekas luka telah sembuh. Selanjutnya dapat terlihat gejala khas rabies lainnya yaitu hydrophobia (rasa takut terhadap air), kepekaan terhadap rangsangan sinar, suara, angin, sehingga penderita rabies sering mengalami kejang. Seringkali timbul air liur dan air mata berlebihan diakhiri timbulnya kelumpuhan. Biasanya penderita akan meninggal setelah 4-6 hari setelah gejala pertama timbul.

Pengobatan
Pengobatan pasca pajanan atau setelah gigitan adalah pengobatan luka dan pemberian imunoglobuln serta imunisasi. Luka dapat dicuci dengan air mengalir minimal selama 10 menit kemudian diberikan povidone iodine (betadine) dan alkohol 40-70%. Selain itu pelru diberikan anti tetanus serum dan antbiotik untuk luka yang terinfeksi. Selain itu dapat diberikan Vaksin Anti Rabies (VAR) bersama Serum Anti Rabies (SAR) atau Rabies Immun Globulin (RIG).

Tingginya angka kejadian rabies di lebih dari 100 negara memunvulkan usaha pencegahan dalma bentuk vaksin. Di Indonesia vaksinasi rabies ini paling disarankan di wilayah Bali. Pemberian vaksin ini sesuai dengan metode Zangreb yaitu dengan cara 2-1-1 (2 dosis @ 0,5 cc pada hari 0; 1 dosis @ 0,5 cc pada hari ke-7, dan 1 dosis @0,5 cc pada hari ke-21)
Pemberian vaksin ini dapat dilakukan dalam dua bentuk yakni, hanya pemberian vaksin Anti Rabies atau beserta serum anti rabies (SAR)  atau rabies immun globulin (RIG). Pemberian vakin disertai SAR dilakukan bila hewan yang mengigit dicurigai mendeirta rabies, atau terdapat gejala rabies, atau hewan yang mengigit telah mati. Vaksinasi ini tidak dapat diberikan kepada penderita yang sedang mendapat obat anti malaria kloroquin. Selain itu, ibu hamil juga tidak dapat diberikan vaksin ini.